Thursday, 15 December 2016

Haram Undi Kafir Dan sekutunya...

Enam Dalil Memilih Pemimpin dalam Islam Selasa, 22 Maret 2016 - 15:04 WIB (INDONESIA) Larangan memilih pemimpin non Muslim bagi kaum Muslimin telah menunjukkan derajat mutawattir (disepakati), sehingga tidak muncul perbedaan pendapat KEPEMPINAN adalah salah satu aspek yang dianggap sangat penting dalam Islam. Hal ini bisa dilihat dari begitu banyaknya ayat dan hadits Nabi  Shalallahu ‘Alaihi Wassallam yang membahas tentang ini. Hal ini bisa dimengerti. Karena pemimpin merupakan salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan suatu masyarakat. Dalam agama Islam, semua persoalan yang menyangkut kehidupan ummat manusia telah ada aturannya yang sangat jelas dan detail. Sebagai contoh adalah aturan (syariat) tentang bagaimana tata cara bersuci (istinja’) dari najis saat buang air besar/kecil dan bersuci dari hadats (kentut, mandi junub). Demikian juga tata krama (‘adab)  saat bersin, makan, minum, tidur, buang air dan seterusnya. Padahal ini menyangkut hal yang dampaknya bersifat sangat individual. Karena itu sangat logis jika dalam persoalan yang lebih besar dan luas dampaknya, Islam juga sangat peduli. Contohnya soal kepemimpinan ini. Hal ini karena aspek kepemimpinan ini luar biasa sangat besar dampaknya bagi kehidupan seluruh rakyat (ummat) di suatu negeri. Hadits Nabi  berikut ini sebagai salah satu bukti begitu seriusnya Islam memandang persoalan kepemimpinan ini. Nabi  Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda: إِذَا كَانَ ثَلاَثَةٌ فِي سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُوا أَحَدَهُمْ  “Jika ada tiga orang bepergian, hendaknya mereka mengangkat salah seorang di antara mereka menjadi pemimpinnya.” (HR Abu Dawud dari Abu Hurairah). Hadits ini secara jelas memberikan gambaran betapa Islam sangat memandang penting persoalan memilih pemimpin. Hadits ini memperlihatkan bagaimana dalam sebuah kelompok Muslim yang sangat sedikit (kecil) pun, Nabi  memerintahkan seorang Muslim agar memilih dan mengangkat salah seorang di antara mereka sebagai pemimpin. Kisah pembaiatan Abu Bakar di Saqifah Bani Saidah sesaat pasca wafatnya Rasulullah adalah bukti lain betapa pentingnya arti kepemimpinan ini dalam Islam. Saat jasad Nabi  yang belum lagi dimakamkan, para sahabat lebih mendahulukan memilih khalifah pengganti Nabi  daripada menyelenggarakan jenazah beliau yang agung dan mulia. Salah satu bagian dari topik kepemimpinan yang banyak dibahas dalam al-Quran adalah soal memilih non Muslim bagi kaum Muslimin. Al-Quran telah memberikan begitu banyak tuntunan dan petunjuk bagi kaum Muslimin agar tepat dalam memilih figur seorang pemimpin. Al-Quran dengan sangat benderang saat menjelaskan larangan memilih pemimpin non Muslim ini. Tidak cukup dengan kalimat bernada anjuran, ayat-ayat yang menjelaskan soal ini bahkan disampaikan dengan bahasa perintah dan larangan yang sangat tegas. Tidak hanya sampai di sana,  beberapa ayat bahkan disertai  dengan  ancaman yang sangat serius  bagi  yang  melanggarnya. Kesepakatan para ulama salaf dalam memahami ayat-ayat tersebut juga menunjukkan bahwa ayat-ayat tentang larangan memilih pemimpin non Muslim bagi kaum Muslimin telah menunjukkan derajat mutawattir (disepakati), sehingga tidak muncul perbedaan pendapat (khilafiyah) di kalangan mereka. Jikapun ada beberapa pendapat yang berbeda yang membolehkan memilih pemimpin non Muslim, itu umumnya difatwakan oleh generasi muta’akhirin saat ini, bukan dari kalangan ulama salaf. Karena itu, pemahaman demikian biasanya hanya dipandang   sebagai   pemahaman  yang   nyeleneh  (syadz)  di kalangan para ulama ahli fiqh, bahkan batil. Fakta-fakta ini sekali lagi,  memperlihatkan bahwa persoalan memilih pemimpin itu merupakan salah satu persoalan yang dipandang sangat penting dalam pandangan Islam. Karena memilih pemimpin itu tidak  hanya mencakup dimensi duniawi, lebih dari itu juga memiliki dimensi akidah (ukhrowi). Karenanya, tidak selayaknya seorang Muslim masih menggunakan dasar dan acuan lain selain yang telah jelas dan tegas disebutkan dalam kitab sucinya al-Quran, jika mereka benar-benar mengaku orang yang beriman. Definisi Pemimpin Banyak definisi pemimpin yang sering dipakai di dalam kehidupan sehari-hari. Jika merujuk pada ayat-ayat yang berbicara tentang larangan memilih pemimpin kafir/non Muslim, kata pemimpin yang digunakan dalam ayat-ayat tersebut merujuk pada pengertian seseorang yang memegang dan menguasai suatu wilayah kaum Muslimin. Dengan kata lain pemimpin yang dimaksud di sini bermakna pemimpin yang kekuasaannya bersifat kewilayahan dan memiliki wewenang penuh atas wilayah kaum Muslimin secara penuh. Bisa juga jika dijabarkan lebih jauh, maka definisi pemimpin di sini dapat juga bermakna seseorang yang memiliki kewengan yang sangat besar dalam menentukan arah dan kebijakan strategis yang berdampak sangat besar bagi kehidupan kaum Muslimin di suatu wilayah tertentu. Karena itu, wilayah-wilayah yang dikuasai oleh mayoritas non Muslim tidak masuk dalam pengertian/definisi ini. Selain itu, sifat kewilayahan ini juga bermakna bahwa boleh memilih non Muslim dalam aspek-aspek yang tidak menguasai wilayah kaum Muslimin atau tidak menguasai dan menyangkut urusan yang sangat besar dampaknya dan  strategis bagi ummat Islam. Dalil-dalil al-Quran Berikut  ini    ayat- ayat  al-Quran  yang  menunjukkan  dengan  jelas  larangan  memilih pemimpin non Muslim bagi wilayah yang mayoritas penduduknya Muslim. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman yang artinya: Pertama; لاَّ يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاء مِن دُوْنِ الْمُؤْمِنِينَ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللّهِ فِي شَيْءٍ إِلاَّ أَن تَتَّقُواْ مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللّهُ نَفْسَهُ وَإِلَى اللّهِ الْمَصِيرُ “Janganlah  orang-orang  mukmin  mengambil  orang-orang  kafir  menjadi  WALI (waly) pemimpin, teman setia, pelindung) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara  diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya, dan hanya kepada Allah kamu kembali.” (QS:  Ali Imron [3]: 28) Kedua; يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاء مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَن تَجْعَلُواْ لِلّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَاناً مُّبِيناً “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi WALI (pemimpin) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah kami ingin mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?” (QS:  An Nisa’ [4]: 144) Ketiga; يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الَّذِينَ اتَّخَذُواْ دِينَكُمْ هُزُواً وَلَعِباً مِّنَ الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ “Hai   orang-orang  yang  beriman,  janganlah  kamu  mengambil  orang-orang  yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik) sebagai WALI (pemimpinmu).  Dan  bertakwalah kepada Allah  jika  kamu betul-betul orang-orang yang beriman.” (QS:  Al-Ma’aidah [5]: 57) Keempat; يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ آبَاءكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاء إَنِ اسْتَحَبُّواْ الْكُفْرَ عَلَى الإِيمَانِ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara- saudaramu   menjadi   WALI   (pemimpin/pelindung)   jika   mereka   lebih   mengutamakan kekafiran atas keimanan, dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka WALI, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS: At-Taubah [9]: 23) Lima; لَا تَجِدُ قَوْماً يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءهُمْ أَوْ أَبْنَاءهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُوْلَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُوْلَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ “Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan rasul-Nya, sekali pun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada- nya. dan dimasukan-nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. allah ridha terhadap mereka, dan mereka pun merasa  puas terhadap (limpahan rahmat)-nya. mereka itulah golongan allah. ketahuilah, bahwa  sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.” (QS:  Al Mujaadalah [58] : 22) Enam; بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَاباً أَلِيماً الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاء مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِندَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ العِزَّةَ لِلّهِ جَمِيعاً “Kabarkanlah kepada orang-orang MUNAFIQ bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (Yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi WALI (pemimpin/teman penolong) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu ? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” (QS: An-Nisa’ [4]: 138-139) Masih ada beberapa ayat dalam al-Quran yang menegaskan larangan memilih non Muslim (kafir) sebagai bagi kaum Muslimin yang juga menggunakan pilihan kata WALI sebagaimana ayat di atas. Di antara ayat-ayat tersebut adalah : QS. Al Maidah: 51, QS Al-Maidah: 80-81, QS Al-Mumtahanah: 1 dsb. Dari beberapa ayat di atas, Allah Subhanahu Wata’ala menggunakan pilihan kata pemimpin dengan kata WALI. Padahal ada begitu banyak padanan kata pemimpin dalam bahasa arab selain kata wali. Misalnya kata Aamir, Raa’in, Haakim, Qowwam, Sayyid dsb. Mengapa Allah gunakan pilihan kata pemimpin dalam tersebut dengan kata WALI? Jawabnya adalah karena barangkali secara bahasa, kata Waliy (WALI) ini memiliki akar kata yang sama dengan kata wilaayatan (wilayah/daerah). Karena itu, penggunakan kata waliy dalam berbagai ayat di atas mengindikasikan bahwa definisi pemimpin yang dimaksud ayat-ayat di atas adalah pemimpin yang bersifat kewilayahan. Dengan kata lain, non Muslim yang dilarang umat Islam memilihnya menjadi pemimpin adalah pemimpin yang menguasai suatu wilayah milik kaum Muslimin. Dari penjelasan ini maka batasan pemimpin non Muslim (kafir) yang seorang Muslim haram memilihnya adalah yang bersifat memangku/menguasai wilayah kaum Muslimin. Semisal lurah, camat, bupati, gubernur maupun presiden.*/Nuralamin, S.Hut., MURP., M.Eng. Alumni Master of Urban and Regional Planning, Curtin University of Technology, Australia Rep: Admin Hidcom Editor: Cholis Akbar http://www.hidayatullah.com/none/read/2016/03/22/91574/fiqh-kepemimpinan.html ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Ketika Persatuan Guru-guru Pondok Seluruh Kelantan bermukim selama tiga hari pada Ogos  2012 dan mengeluarkan ketetapan bahawa haram mengundi DAP, pengasas dan Pengetua Pondok Geting, Tumpat, YM Tuan Guru Abdullah Samahah, diserang bertubi-tubi kononnya menerima RM 2 juta dari UMNO Kelantan bagi membiayai aktiviti beliau dan membangunkan pusat pengajian beliau dengan mengeluarkan fatwa sedemikian.  Hakikatnya, fatwa yang dikeluarkan merupakan resolusi pemukiman guru-guru pondok seluruh Kelantan selama tiga hari tiga malam dengan pelbagai kitab-kitab rujukan ulama' muktabar.  Apabila PAS memutuskan Tahaluf Siyasi dengan DAP pada 11 Julai 2015 yang lalu, ia adalah keputusan musyawarah Dewan Ulama' PAS Pusat. Kemudian ianya diperhalusi diperingkat Majlis Syura Ulama' dan akhirnya diterima oleh kepimpinan PAS.  Ustaz Muhammad Najihan Halim, Setiausaha Dewan Ulama' PAS Selangor pada 9 Jun 2015  berpendapat usul membatalkan Tahaluf Siyasi bersandarkan kepada sembilan (9)  hujah yang MENEPATI SYARIE dan mencapai keputusan sebulat suara Dewan Ulama' PAS Pusat. (sila rujuk usul Dewan Ulama' PAS Pusat sembilan dalil tersebut). Sementara itu Setiausaha Majlis Syura Ulama' (MSU) PAS Pusat, Datuk Dr Nik Muhammad Zawawi Salleh berkata, PAS istiqamah dengan prinsip Islam sebagai rahmat untuk semua yang menegakkan keadilan dan kesejahteraan untuk semua kaum tetapi kesal dengan tindakan provokasi berterusan dan keputusan DAP yang mengecam selain melanggar semangat kerjasama pakatan pembangkang serta CAMPUR TANGAN DALAM AQIDAH,dasar dan matlamat parti PAS. Kenyataan yang lebih keras datangnya dari Presiden PAS sendiri Tuan Guru Dato' Haji  Abdul Hadi Haji Awang yang menganggap bahawa DAP MENENTANG PELAKSANAAN ISLAM.  Kesemua hujah-hujah ulama' dan pemimpin PAS di atas sebenarnya membenarkan fatwa Persatuan Guru-guru Pondok Seluruh Kelantan sebelum ini yang menganggap HARAM MENGUNDI DAP.  Kemelut ini tidak berakhir di sini sahaja. Jabatan Mufti Pahang Darul Makmur di dalam khutbah Eidul Adhanya pada 24 September 2015 lepas secara terang-terangan dan tanpa berselindung menyatakan bahawa DAP MENENTANG ISLAM. Antara lain,  teks khutbah tulisan jawi berkenaan menyebut; “Dewasa ini kita melihat perpecahan umat Islam di negara kita terutama bangsa Melayu begitu ketara. Perpecahan ini kerana mengutamakan parti politik melebihi perpaduan dan persaudaraan Islam seperti parti UMNO, PAS, PKR dan ditambah parti baru yang dinamakan GHB. Malahan ada dikalangan umat Islam yang menyertai parti DAP YANG TERANG-TERANG MENENTANG ISLAM." Apakah menjadi satu kesalahan kepada saya dan umat Islam lain yang bertaraf awam memohon supaya kerajaan melalui JAKIM, Majlis Fatwa Kebangsaan atau Majlis Raja-raja mengambil suatu ketetapan yang konkrit terhadap DAP agar umat Islam tidak terus diporak perandakan oleh golongan ultra kiasu yang sememangnya licik dan keji demi mencapai matlamat perjuangan mereka?  Apakah dengan fatwa-fatwa dari Guru-guru Pondok Kelantan, ulama' PAS dan Jabatan Mufti Pahang tidak cukup kuat untuk kerajaan mengharamkan DAP sebagai sebuah parti politik yang  mengancam Perkara 3 Perlembagaan Persekutuan, "Islam Sebagai Agama Bagi Persekutuan?" Saya percaya jika kita meneliti undang-undang tubuh DAP, ia bukan sahaja bertentangan dengan Islam Sebagai Agama Bagi Persekutuan bahkan ianya juga bertentangan dengan Perlembagaan Persekutuan.  Bertindak pantas dan tepat menjamin survival umat Islam selagi kita diberi amanah kekuasaan oleh ALLAH SWT. http://mymassa.blogspot.my/2015/09/dap-parti-haram-kepada-umat-islam.html

Wednesday, 25 November 2015

Names of Ashabul Kahfi





Bismillah
Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani.
A001
Segala puji tertentu bagi Allah yang telah menurunkan kepada hambaNya (Muhammad), Kitab suci Al-Quran, dan tidak menjadikan padanya sesuatu yang bengkok (terpesong):

A002
(Bahkan keadaannya) tetap benar lagi menjadi pengawas turunnya Al-Quran untuk memberi amaran (kepada orang-orang yang ingkar) dengan azab yang seberat-beratnya dari sisi Allah, dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal-amal soleh, bahawa mereka akan beroleh balasan yang baik.

A003
Mereka tinggal tetap dalam (balasan yang baik) itu selama-lamanya.

A004
Dan juga Al-Quran itu memberi amaran kepada orang-orang yang berkata:" Allah mempunyai anak".
A005
(Sebenarnya) mereka tiada mempunyai sebarang pengetahuan mengenainya, dan tiada juga bagi datuk nenek mereka; besar sungguh perkataan syirik yang keluar dari mulut mereka; mereka hanya mengatakan perkara yang dusta.
A006
Maka jangan-jangan pula engkau (wahai Muhammad), membinasakan dirimu disebabkan menanggung dukacita terhadap kesan-kesan perbuatan buruk mereka, jika mereka enggan beriman kepada keterangan Al-Quran ini.
A007
Sesungguhnya Kami telah jadikan apa yang ada di muka bumi sebagai perhiasan baginya, kerana kami hendak menguji mereka, siapakah di antaranya yang lebih baik amalnya.
A008
Dan sesungguhnya Kami akan jadikan apa yang ada di bumi itu (punah-ranah) sebagai tanah yang tandus.
A009
Adakah engkau menyangka (wahai Muhammad), bahawa kisah "Ashaabul Kahfi" dan "Ar-Raqiim" itu sahaja yang menakjubkan di antara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaan Kami?

A010
(Ingatkanlah peristiwa) ketika serombongan orang-orang muda pergi ke gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami! Kurniakanlah kami rahmat dari sisiMu, dan berilah kemudahan-kemudahan serta pimpinan kepada kami untuk keselamatan agama kami".
A011
Lalu Kami tidurkan mereka dengan nyenyaknya dalam gua itu, bertahun-tahun, yang banyak bilangannya.
A012
Kemudian Kami bangkitkan mereka (dari tidurnya), untuk Kami menguji siapakah dari dua golongan di antara mereka yang lebih tepat kiraannya, tentang lamanya mereka hidup (dalam gua itu).
A013
Kami ceritakan kepadamu (wahai Muhammad) perihal mereka dengan benar; sesungguhnya mereka itu orang-orang muda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambahi mereka dengan hidayah petunjuk.
A014
Dan Kami kuatkan hati mereka (dengan kesabaran dan keberanian), semasa mereka bangun (menegaskan tauhid) lalu berkata: "Tuhan kami ialah Tuhan yang mencipta dan mentadbirkan langit dan bumi; kami tidak sekali-kali akan menyembah Tuhan yang lain dari padanya; jika kami menyembah yang lainnya bermakna kami memperkatakan dan mengakui sesuatu yang jauh dari kebenaran."
A015
(Mereka berkata pula sesama sendiri): "Kaum kita itu, menyembah beberapa tuhan yang lain dari Allah; sepatutnya mereka mengemukakan keterangan yang nyata yang membuktikan ketuhanan makhluk-makhluk yang mereka sembah itu? (Tetapi mereka tidak dapat berbuat demikian); Maka tidak ada yang lebih zalim dari orang-orang yang berdusta terhadap Allah.
A016
Dan oleh kerana kamu telah mengasingkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah yang lain dari Allah, maka pergilah kamu berlindung di gua itu, supaya Tuhan kamu melimpahkan dari rahmatnya kepada kamu, dan menyediakan kemudahan-kemudahan untuk (menjayakan) urusan kamu dengan memberikan bantuan yang berguna".
A017
Dan engkau akan melihat matahari ketika terbit, cenderung ke kanan dari gua mereka; dan apabila ia terbenam, meninggalkan mereka ke arah kiri, sedang mereka berada dalam satu lapangan gua itu. Yang demikian ialah dari tanda-tanda (yang membuktikan kekuasaan) Allah. Sesiapa yang diberi hidayah petunjuk oleh Allah, maka dia lah yang berjaya mencapai kebahagiaan; dan sesiapa yang disesatkanNya maka engkau tidak sekali-kali akan beroleh sebarang penolong yang dapat menunjukkan (jalan yang benar) kepadanya.
A018
Dan engkau sangka mereka sedar, padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka dalam tidurnya ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri; sedang anjing mereka menghulurkan dua kaki depannya dekat pintu gua; jika engkau melihat mereka, tentulah engkau akan berpaling melarikan diri dari mereka, dan tentulah engkau akan merasa sepenuh-penuh gerun takut kepada mereka.
A019
Dan demikianlah pula Kami bangkitkan mereka (dari tidurnya), supaya mereka bertanya-tanyaan sesama sendiri. Salah seorang di antaranya bertanya: "Berapa lama kamu tidur?" (sebahagian dari) mereka menjawab: "Kita telah tidur selama sehari atau sebahagian dari sehari". (Sebahagian lagi dari) mereka berkata: "Tuhan kamu lebih menengetahui tentang lamanya kamu tidur; sekarang utuslah salah seorang dari kamu, membawa wang perak kamu ini ke bandar; kemudian biarlah dia mencari dan memilih mana-mana jenis makanan yang lebih baik lagi halal (yang dijual di situ); kemudian hendaklah ia membawa untuk kamu sedikit habuan daripadanya; dan hendaklah ia berlemah-lembut dengan bersungguh-sungguh (semasa di bandar); dan janganlah dia melakukan sesuatu yang menyebabkan sesiapapun menyedari akan hal kamu.
A020
"Sesungguhnya, kalaulah mereka mengetahui hal kamu, tentulah mereka akan merejam dengan membunuh kamu, atau mereka akan mengembalikan kamu kepada agama mereka (secara paksa); dan jika berlaku demikian, kamu tidak sekali-kali akan berjaya selama-lamanya".
A021
Dan demikianlah Kami dedahkan hal mereka kepada orang ramai supaya orang-orang itu mengetahui bahawa janji Allah menghidupkan semula orang mati adalah benar, dan bahawa hari kiamat itu tidak ada sebarang syak padanya; pendedahan itu berlaku semasa orang-orang itu berbantahan sesama sendiri mengenai perkara hidupnya semula orang mati. Setelah itu maka (sebahagian dari) mereka berkata: "Dirikanlah sebuah bangunan di sisi gua mereka, Allah jualah yang mengetahui akan hal ehwal mereka". orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka (pihak raja) pula berkata: "Sebenarnya kami hendak membina sebuah masjid di sisi gua mereka".
A022
(Sebahagian dari) mereka akan berkata: "Bilangan Ashaabul Kahfi itu tiga orang, yang keempatnya ialah anjing mereka "; dan setengahnya pula berkata:"Bilangan mereka lima orang, yang keenamnya ialah anjing mereka" - secara meraba-raba dalam gelap akan sesuatu yang tidak diketahui; dan setengahnya yang lain berkata: "Bilangan mereka tujuh orang, dan yang kedelapannya ialah anjing mereka". Katakanlah (wahai Muhammad): "Tuhanku lebih mengetahui akan bilangan mereka, tiada yang mengetahui bilangannya melainkan sedikit". Oleh itu, janganlah engkau berbahas dengan sesiapapun mengenai mereka melainkan dengan bahasan (secara sederhana) yang nyata (keterangannya di dalam Al-Quran), dan janganlah engkau meminta penjelasan mengenai hal mereka kepada seseorangpun dari golongan (yang membincangkannya).
A023
Dan janganlah engkau berkata mengenai sesuatu (yang hendak dikerjakan): "Bahawa aku akan lakukan yang demikian itu, kemudian nanti".
A024
Melainkan (hendaklah disertakan dengan berkata): "Insya Allah". Dan ingatlah serta sebutlah akan Tuhanmu jika engkau lupa; dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan petunjuk yang lebih dekat dan lebih terang dari ini".
A025
Dan mereka telah tinggal tidur dalam gua mereka: Tiga ratus tahun dengan kiraan Ahli Kitab), dan sembilan lagi (dengan kiraan kamu).

Friday, 15 March 2013

LARANGAN MENGAMBAR

DALIL-DALIL TENTANG LARANGAN MENGGAMBAR 
- Dari Abdulloh bin Mas’ud, Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْمُصَوِّرُونَ

‘’Manusia yang paling keras adzabnya pada hari kiyamat adalah para tukang gambar.’’(HR.Bukhori 5494, dan Muslim 3944)
- Dari Ibnu Umar, Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

إِنَّ الَّذِينَ يَصْنَعُونَ هَذِهِ الصُّوَرَ يُعَذَّبُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُقَالُ لَهُمْ أَحْيُوا مَا خَلَقْتُمْ

‘’Sesungguhnya orang- orang yang membuat gambar- gambar ini akan diadzab pada hari kiyamat, dikatakan kepada mereka,’hidupkan apa yang kalian ciptakan’ ’’.(HR.Bukhori  5495)
- Dari Ibnu Abbas, beliau mendengar Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

مَنْ صَوَّرَ صُورَةً عُذِّبَ وَكُلِّفَ أَنْ يَنْفُخَ فِيهَا وَلَيْسَ بِنَافِخٍ 

‘’Barangsiapa menggambar suatu gambar, dia akan diadzab dan dibebani untuk meniup ruh di di dalam (gambar itu) sedangkan dia tidak mampu.’’(HR.Bukhori 6520)
- Dari Aisyah, beliau berkata,’’Tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sakit keras, istrinya menyebutkan sebuah gereja yang dinamai ‘’Maria’’, sedangkan Umu Salamah dan Umu Habibah pernah datang ke Negeri Habasyah, lalu ke duanya menceritakan keindahan (gereja itu) dan gambar- gambar di dalamnya, lalu Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat kepalanya sambil berkata;
أُولَئِكِ إِذَا كَانَ فِيهِمْ الرَّجُلُ الصَّالِحُ فَمَاتَ بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ مَسْجِدًا وَصَوَّرُوا فِيهِ تِلْكِ الصُّوَرَ أُولَئِكِ شِرَارُ الْخَلْقِ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
‘’Mereka itu jika ada seorang tokoh dari mereka meninggal dunia, mereka membangun tempat ibadah di atas kuburnya, lalu mereka membuat gambarnya, mereka adalah sejelek- jelek manusia di sisi Alloh pada hari kiyamat.’’ (HR.Bukhori 416, dan Muslim 822)
- Dari Aisyah, beliau berkata;

دَخَلَ عَلَيَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي الْبَيْتِ قِرَامٌ فِيهِ صُوَرٌ فَتَلَوَّنَ وَجْهُهُ ثُمَّ تَنَاوَلَ السِّتْرَ فَهَتَكَهُ وَقَالَتْ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَشَدِّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الَّذِينَ يُصَوِّرُونَ هَذِهِ الصُّوَرَ

Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk menemui saya, dan di dalam rumah ada kain selambu yang ada gambarnya, lalu berubah wajah Rosululloh, kemudian beliau mengambil dan mengoyaknya, (lalu Aisyah berkata), Nabi bersabda,’’Sesungguhnya manusia yang paling keras adzabnya pada hari kiyamat adalah orang- orang yang membuat gambar- gambar ini.’’(HR.Bukhori 5644)
- Dari Abu Tholhah, Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

لَا تَدْخُلُ الْمَلَائِكَةُ بَيْتًا فِيهِ كَلْبٌ وَلَا تَصَاوِيرُ

‘’Para malaikat tidak akan masuk rumah yang ada anjing dan gambar- gambar.’’ (HR.Bukhori 5493, dan Muslim 3929)
- Dari Sa-id bin Hasan berkata, datang seseorag kepada Ibnu Abbas lalu berkata,’’Sesungguhnya aku membuat gambar- gambar  (bernyawa) ini, maka berilah fatwa tentang hal ini,’’ Ibnu Abbas berkata padanya,’’mendekatlah kepadaku,’’ lalu ia mendekat, kemudian (Ibnu Abbas) berkata lagi, ’’mendekatlah kepadaku,’’ lalu ia mendekat sampai beliau meletakkan tangannya diatas kepalanya, sambil berkata,’’Akan aku beritahu engkau apa yang aku dengar langsung dari Rosululloh, aku mendengar Nabi bersabda,;

كُلُّ مُصَوِّرٍ فِي النَّارِ يَجْعَلُ لَهُ بِكُلِّ صُورَةٍ صَوَّرَهَا نَفْسًا فَتُعَذِّبُهُ فِي جَهَنَّمَو قَالَ إِنْ كُنْتَ لَا بُدَّ فَاعِلًا فَاصْنَعْ الشَّجَرَ وَمَا لَا نَفْسَ لَهُ

’’Setiap orang yang menggambar akan (diadzab) di neraka, dia diperintahkan untuk meniup ruh untuk setiap gambar yang ia buat, maka dia diadzab dengan hal itu di neraka,’’ Lalu beliau berkata,’’jika kamu harus melakukannya (menggambar), maka gambarlah pohon dan sesuatu yang tidak mempunyai ruh.’’ (HR.Muslim 3945)
- Dalam lafadh yang lain, Ibnu Abbas mengatakan, Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,‘’Barangsiapa membuat suatu gambar, maka Alloh akan mengadzabnya sampai dia meniup ruh dalam gambar itu, padahal dia tidak mampu selama- lamanya, lalu orang tersebut menjadi sangat goncang, dan wajhnya pucat,’’ lalu Nabi bersabda,

وَيْحَكَ إِنْ أَبَيْتَ إِلَّا أَنْ تَصْنَعَ فَعَلَيْكَ بِهَذَا الشَّجَرِ كُلِّ شَيْءٍ لَيْسَ فِيهِ رُوحٌ

’’Celaka engkau, jika kamu enggan untuk(meninggalkan) perbuatanmu, maka gambarlah pohon atau apapun yang lain yang tidak ada ruhnya.’’  (HR.Muslim 2073)
Menggambar makhluq bernyawa YANG TIDAK DIHINAKAN
Maksudnya adalah menggambar makhluk bernyawa diatas kain, kertas, dinding, papan dan semisalnya, yang mana gambar tersebut tidak dihinakan seperti diduduki, diinjak atau dipakai sandaran dan semisalnya, ada sedikit perbedaan pendapat dalam masalah ini.
HUKUM MENGGAMBAR
Setelah kita cermati dalil- dalil di atas, maka secara dhohir menunjukkan keharamanmenggambar makhluk bernyawa, dan inilah pendapat mayoritas para ulama diantaranya, madzhab Hanafi, madzhab Syafii dan madzhab Hanbali[4], sebagaimana dalil- dalil yang sangat banyak dan gamblang, dan ada perbedaan pendapat di kalangan mereka tentang hukum menggambar, perinciannya sebagai berikut;


Pendapat ULAMAK :
Mayoritas para ulama (madzhab Hanafi, madzhab Syafii, dan madzhab Hanbali, dan kebanyakan ulama terdahulu/ulama salaf) mengharamkannya.[5]
Dalil mereka:
- Dalil keharaman menggambar makhluq bernyawa yang tidak dihinakan adalah hadits- hadits yang disebutkan diatas yang secara dhohir menunjukkan haram.
Imam Nawawi berkata,’’Madzhab kami dan madzhab lain mengatakan bahwa menggambar hewan adalah perbuatan haram yang sangat besar, termasuk dosa besar lantaran diancam dengan ancaman yang sangat keras dalam hadits, samasaja apakah dihinakan atau tidak dihinakan, semuanya hukumnya haram, karena hal itu termasuk menandingi ciptaan sang pencipta, sama hukumnya apakah di baju, tikar, uang dinar, dirham atau uang kertas, bejana, dinding atau selainnya. Adapun menggambar pohon, perlengkapan onta/ kendaraan, dan gambar lain yang bukan gambar hewan, maka hukumnya tidak haram, inilah hukum gambar.’’[6]


HIKMAH LARANGAN MENGGAMBAR DALAM ISLAM[29]
Setelah kita mengetahui hadits- hadits larangan gambar, maka kita ketahui ada beberapa hikmah dari larangan tersebut, diantaranya;
1. Menggambar (terutama makhluk bernyawa) adalah menandingi ciptaan Alloh, hal ini ditegaskan dalam hadits yang lebih jelas, Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الَّذِينَ يُضَاهُونَ بِخَلْقِ اللَّهِ 

‘’Manusia yang paling keras adzabnya pada hari kiyamat adalah orang- orang yang menandingi ciptaan Alloh.’’ (HR.Bukhori5954)
2. Menggambar makhluk bernyawa, menjadi jalan menuju pengagungan dan pengkultusan berlebihan terhadap makhluq Alloh yang telah mati, dan akhirnya menjadi kesyirikan, hal ini sebagaimana terjadi pada kaum Nuh yang mengkultuskan para tokoh agama mereka yaitu Wad, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr (QS.Nuh 23).
Imam Bukhori meriwayatkan dari Ibnu Abbas beliau berkata,’’Berhala- berhala yang dimiliki kaum Nabi Nuh dimiliki juga oleh bangsa arab setelah itu, adapun Wad, maka itu adalah berhalanya bani Kalb di daerah Daumatil Jandal, Suwa’ adalah berhalanya suku Hudhail, Yaguts adalah berhalanya bani Murod kemudian menjadi milik bani Ghuthaif di al-Jauf dekat negeri Saba’, Ya’uq adalah berhalanya suku Hamadan, adapun Nasr dia adalah berhalanya bani Himyar dari golongan bani Kila’. Mereka semua (Wad, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr) adalah nama- nama tokoh yang shalih dari kaum Nabi Nuh, takala mereka mati, setan membisikkan kepada kaum mereka supaya mereka memajang gambar- gambar mereka di majlis- majlis mereka, dan supaya mereka memberi nama (gambar- gambar tersebut) dengan nama- nama mereka, lalu mereka benar- benar melaksanakannya dan saat itu belum disembah, sehingga ketika kaum ini binasa dan hal ini terlupakan, kemudian akhirnya disembah.’’ (HR.Bukhori 4539).
3. Manusia membutuhkan rahmat Alloh dan pertolongan-Nya, sedangkan gambar- gambar makhluk bernyawa menghalangi para malaikat untuk masuk ke dalamnya, suatu tempat yang terdapat gambar bernyawa tidak akan dimasuki oleh para malaikat (lihat HR.Bukhori 5493, dan Muslim 3929).
4. Menggambar makhluK bernyawa dan memajangnya adalah termasuk perbuatan menyia- nyiakan harta, sedangkan kaum muslimin diperintahkan untuk menjaga harta mereka, dan tidak membelanjakannya pada perkara- perkara yang tidak bermanfaat, apalagi perkara yang haram.[30]
5. Menggabar makhluk bernyawa dan memajangnya adalah perbuatan orang Yahudi dan Nasrani, maka jika dilakukan oleh kaum muslimin berarti bertasyabbuh/ mengikuti jalan mereka (lihat kembali HR. Bukhori 416, dan Muslim 822)
http://maktabahabiyahya.wordpress.com/2012/04/08/hukum-gambar-dalam-islam/

FATWA MEROKOK ADALAH HARAM DALAM ISLAM





Muzakarah Jawatankuasa Fatwa Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Ugama Islam Malaysia Kali Ke-37 yang bersidang pada 23 Mac 1995 telah membincangkan Hukum Merokok Dari Pandangan Islam. Muzakarah telah memutuskan bahawamerokok adalah haram dari pandangan Islam kerana padanya terdapat kemudharatan.
Keterangan/Hujah: 

1.  Keputusan yang telah diputuskan oleh Muzakarah Jawatankuasa Fatwa Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Ugama Islam Malaysia tersebut adalah bersandarkan kepada hujah-hujah berikut:
i. Rokok mengandungi pelbagai jenis racun. Fakta daripada kajian-kajian perubatan telah membuktikan bahawa setiap batang rokok mengandungi 6-8 mg. nikotian dan pelbagai bahan kimia lain. Setiap sedutan asap rokok sebenarnya kita telah menghidu sebanyak 4,000 jenis bahan kimia yang boleh memudharatkan badan.
ii. Ketagihan tembakau bukan hanya menimbulkan masalah kepada perokok, malah ia berada di tempat keempat dalam senarai faktor risiko bagi penyakit serius yang menular di seluruh dunia. Tabiat merokok dikaitkan dengan risiko barah, penyakit jantung dan masalah pernafasan. Terdapat beberapa jenis penyakit yang berpunca dari merokok, antaranya ialah kanser kerongkong, kanser mulut, katarak (sejenis kerosakan mata yang menyebabkan kanta mata berselaput dan rabun), ulser perut, penyakit jantung, strok, penyakit paru-paru, emfisema paru-paru dan banyak lagi.
iii. Pada masa kini jumlah perokok sama ada dinegara maju atau negara membangun masih begitu besar, walaupun berbagai usaha telah dibuat oleh Kerajaan serta badan-badan sukarela bagi menyedarkan orang ramai tentang bahayanya merokok kepada orang ramai. Di Malaysia, merokok menyumbang kepada lebih 10,000 kematian setahun; 30% daripadanya disebabkan 10 jenis kanser, iaitu paru-paru, mulut, esophagus, tekak, pankreas, pundi kencing, buah pinggang, serviks, kolon dan perut. Sebanyak 50% kematian berpunca daripada sakit jantung dan strok. Kerajaan telah membelanjakan banyak wang untuk merawat berbagai jenis penyakit yang dikaitkan dengan tabiat merokok dan negara juga mengalami kerugian kira-kira RM 20 billion setahun bagi menanggung kos rawatan dan kehilangan produktiviti.
iv. Imam al-Syafi’e telah mengeluarkan fatwa dalam kitabnya yang masyhur al-Umm iaitu:” Jika mereka mengambil (sesuatu makanan, minuman atau sesuatu yang dihisap, dihidu dan disedut) yang boleh memabukkan, maka perbuatan itu adalah jelas haram. (Termasuklah) yang mengandungi racun yang menyebabkan kematian. Aku tetap menganggap (menfatwakan) ia adalah haram. Allah swt mengharamkan (apapun jenis) pembunuhan kerana pembunuh bermakna membunuh diri sendiri”.
v. Para ulama’ sepakat menyatakan bahawa merokok hukumnya haram kerana ianya jelas memudharatkan kesihatan, membazir dan mensia-siakan harta serta dikategorikan sebagai satu perkara keji, berdasarkan nas-nas berikut:
a. Firman Allah swt dalam Surah al-Baqarah, ayat 195 yang bermaksud: “Dan janganlah kamu sengaja mencampakkan diri kamu ke dalam bahaya kebinasaan”.
b. Firman Allah swt dalam Surah al-A’raf ayat 157 yang bermaksud; “ Dan ia menghalalkan bagi mereka segala benda yang baik dan mengharamkan kepada mereka segala benda yang buruk”.
c. Sabda Rasulullah s.a.w yang bermaksud: “ Tidak boleh memberi mudharat dan membalas dengan kemudharatan”.(Hadith riwayat Ahmad, Malik, Ibn Majah dan al-Daraqutni)
d. Kaedah Usul Fiqh: درء المفاسد مقدم على جلب المصالح yang bermaksud “ menolak kerosakan adalah didahulukan daripada mencari kemaslahatan”
e. Imam Ibn. Hazm dalam kitabnya al-Muhalla, jilid 7, halaman 503 (masalah no. 1027) menegaskan bahawa : “Pemborosan adalah haram”. Yang dimaksudkan dengan pemborosan di sini ialah:
i. Membelanjakan wang untuk perkara yang diharamkan oleh Allah swt, samada banyak atau sedikit, walaupun sebesar sayap nyamuk sekalipun.

ii. Pembaziran yang tidak ada keperluannya.

iii. Membuang wang, betapa kecilpun jumlahnya kerana dengan membuang tanpa tujuan itu menjadikannya sia-sia.
vi. Beberapa negara Islam dan beberapa ulama’ muktabar telah mengeluarkan fatwa tentang amalan merokok.
Antaranya seperti berikut:
a. Kerajaan Arab Saudi mengeluarkan fatwa bahawa merokok, menanam tembakau dan memperniagakannya adalah hukumnya haram kerana daripadanya terdapat kemudharatan.
b. Ulama’-ulama’ semasa Mesir seperti Dr. Abdul Jalil Shalaby mengatakan merokok adalah haram kerana ia boleh mendatangkan kemudharatan kepada kesihatan masyarakat.
c. Al Imam Abdul Halim Mahmud dalam kitabnya “Fatawa al-Imam Abdul Halim Mahmud” telah memberi fatwa merokok hukumnya makruh jika ia tidak mendatangkan kemudharatan kepada kesihatan. Sebaliknya adalah haram jika ia mendatangkan kemudharatan kepada kesihatan.
2. Hukum pengharaman arak dan khinzir tidak boleh disamakan dengan hukum haram merokok kerana hukum pengharaman terhadap arak dan khinzir telah dinyatakan secara jelas dan qat’ie oleh Allah swt dalam kitab suci al-Quran. Manakala hukum pengharaman terhadap perbuatan merokok telah diistinbatkan oleh para jumhur ulama’ terdahulu dan masa kini bersandarkan hujah-hujah kepada nas-nas syarak yang jelas dinyatakan seperti al-Quran, al-Hadith, Ijma’ Ulama’, Qaedah-qaedah Fiqhiyah dan sebagainya. Ayat-ayat al-Quran dan hadith seperti yang dinyatakan di atas jelas telah memperincikan isu ini.
3. Al-Syeikh Hasanain Muhammad Makhluf, bekas Mufti Mesir dalam Kitabnya Fatawa Syariyyah Wa Buhuth Islamiyahmenyatakan:

“ Sesungguhnya tumbuhan (tembakau) ini dahulunya belum dikenali. Apabila ia diperkenal dan digunakan oleh manusia untuk merokok, maka ulama’-ulama’ fiqh daripada pelbagai mazhab Islam telah membincangkannya untuk menetapkan hukumnya berdasarkan prinsip (qaedah fiqhiyyah) yang telah ditetapkan.”

“Sesungguhnya berdasarkan hukum asal sesuatu itu harus. Tidak akan terkeluar daripada prinsip asal melainkan adanya perkara-perkara yang mengubah hukumnya menjadi haram atau sebagainya.”
Dalam isu merokok ini, sebab yang menjadikannya haram ialah kesan mudharat dan bahayanya sehingga meruntuhkan lima asas utama (al-Kulliyatul Khams) yang wajib dipelihara oleh setiap manusia iaitu agama, jiwa, maruah keturunan, akal dan juga harta.

http://www.e-fatwa.gov.my/fatwa-kebangsaan/merokok-dari-pandangan-islam

Sunday, 25 November 2012

Nabi Isa a.s - YESUS not a son of God



NABI ISA a.s

Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia. (Ali Imran 3:59)
Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya roh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam (Surah Al Anbiyaa' ayat 21)


Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). (Surah Al Maa'idah ayat 75)



Al-Quran menerangkan dalam surat An Nisaa':157 bahawa Nabi Isa tidaklah dibunuh mahupun disalib oleh orang-orang Kafir. Adapun yang mereka salib adalah orang yang bentuk dan rupanya diserupakan oleh Allah SWT seperti Nabi Isa as.(sebahagian ulama berpendapat orang yang diserupakan adalah muridnya yang mengkhianatinya yang bernama Judas Iscariot)
  • dan kerana ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putera Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahawa yang mereka bunuh itu adalah Isa. (An Nisaa' : 157
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------x

Beliau akan turun pada kelompok yang diberi pertolongan oleh Allah yang berperang untuk menegakkan kebenaran dan bersatu-padu menghadapi Dajjal. Nabi Isa as. turun pada waktu sedang diiqamati shalat, lantas beliau shalat di belakang pemimpin kelompok itu. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Ketika Allah telah mengutus al-Masih Ibnu Maryam, maka turunlah ia di menara putih di sebelah timur Damsyiq dengan mengenakan dua buah pakaian yang dicelup dengan waras dan za’faran, dan kedua telapak tangannya diletakkannya di sayap dua Malaikat; bila ia menundukkan kepala maka menurunlah rambutnya, dan jika diangkatnya kelihatan landai seperti mutiara. Maka tidak ada orang kafirpun yang mencium nafasnya kecualipasti meninggal dunia, padahal nafasnya itu sejauh mata memandang. Lain Isa mencari Dajjal hingga menjumpainya dipintu Lud, lantas dibunuhnya Dajjal. Kemudian Isa datang kepada suatu kaum yang telah dilindungi oleh Allah dari Dajjal, lalu Isa mengusap wajah mereka dan memberi tahu mereka tentang derajat mereka di surga. “[5]

Ibnu Katsir berkata, “Inilah yang termasyhur mengenai tempat turunnya Isa, yaitu di menara putih bagian timur Damsyiq. Dan dalam beberapa kitab saya baca beliau turun di menara putih sebelah timur masjid Jami’ Damsyiq, dan ini rupanya pendapat yang lebih terpelihara. Karena di Damsyiq tidak dikenal ada menara di bagian timur selain di sebelah Masjid Jami’ Umawi di Damsyiq sebelah timur. Inilah pendapat yang lebih sesuai karena beliau turun ketika sedang dibacakan iqamat untuk shalat, lalu imam kaum Muslimin berkata kepada beliau, “Wahai Ruh Allah, majulah untuk mengimami shalat.” Kemudian beliau menjawab, “Anda saja yang maju menjadi imam, karena iqamat tadi dibacakan untuk Anda.” Dan dalam satu riwayat dikatakan bahwa Isa berkata, “Sebagian Anda merupakan amir (pemimpin) bagi sebagian yang lain, sebagai penghormatan dari Allah untuk umat ini.” [6]


From more:
 http://cahayamukmin.blogspot.com/2010/03/nabi-isa-as-turun-ke-bumi.html#ixzz2DBqgj3qU

Wa.salam

[1]. Tafsir Ath-Thabari dan Tafsir Al-Qurthubi.
[2]. HR. Bukhari: no. 2296.
[3]. HR. Bukhari: Kitabu ahaditsil anbiya’ no. 3193 dan Muslim: Kitabul iman no. 222, 223, 224.
[4]. HR. Muslim: Kitabul iman no. 225
[5] (Shahih Muslim, Kitab al-Fitan wa Asyrathis Sa ‘ah, Bab DzikrAd-Dajjal 18: 67-68).
[6] Shahih Muslim
[7] Shahih Muslim, Kitabul Fitan, Bab Dzikrid Dajjal 18: 63-70
[8] Shahih Muslim, Bab Nuzuuli Isa ‘Alaihissalam 2:192

Muzik Player

Islamic Youtube